Sunday, January 31, 2016

Tahukah Engkau, Tuhan?

Kalau Tuhan mengenal setiap ciptaanNya bahkan sebelum mereka dikandung, apakah Dia juga tahu bahwa Adam dan Hawa akan jatuh dalam dosa? Tahukah Dia bahwa akan ada seekor ular, yang merupakan ciptaanNya juga, yang menggoda Hawa hingga Hawa kemudian mengajak Adam untuk mereguk 'kebahagiaan' bersama? Apakah Dia tahu bahwa ciptaanNya yang paling sempurna akan mengkhianatiNya?

Tuhan mengijinkan adanya hal buruk karena dari hal yang buruk akan ada hal baik yang muncul. Akan ada kemuliaan yang menyeruak keluar dari kumpulan dosa dan kesalahan. Apakah ini berarti Tuhan memang menciptakan sebagian makhluk ciptaanNya  untuk menjadi martir? Menjadi alat agar kemuliaanNya bersinar dan dapat dirasakan oleh banyak orang?

Saya belum menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu tapi saya belajar satu hal. Di antara selaksa ciptaanNya, hanya ciptaanNya di hari keenam inilah yang diciptakan serupa dengan Allah. Manusia diciptakan dengan kebebasan untuk tetap setia dalam persahabatan intim denganNya atau akan mengedepankan kepentingannya sendiri di atas keberserahannya akan kehendak dan aturan Allah. Kebebasan ini merupakan elemen bawaan yang sepertinya merupakan konsekuensi dari menjadi serupa dengan Allah - kita diperlengkapi dengan self-knowledge dan self-possession. Proses pencarian diri menjadi sangat berarti dalam kehidupan manusia karena proses inilah yang akan menjadikan manusia makhluk yang bertumbuh dan mendewasa dan dapat mendekatkan diri pada panggilan yang sudah Dia tetapkan.

Masalahnya, setiap manusia, dengan dosa asal yang diwariskan oleh Adam dan Hawa, memang akan menua dan kembali menjadi debu. Namun proses menua ini belum tentu dibarengi dengan proses mendewasa yang dibutuhkan untuk makin mendekatkan diri pada hakikat kemuliaan kita sebagai makhluk yang diciptakan sesuai rupa Allah.

Celakanya lagi, kecerdasan tingkat tinggi yang Tuhan berikan pada setiap dari kita seringkali membuat kita malah merasa menjadi tuhan. Tinggi hati, merasa diri paling pintar dan paling benar. Orang lain hanya makhluk-makhluk kacangan yang mengganggu stabilitas kehidupannya. Sok tahu, merasa mampu membuat kesimpulan untuk masa depan dengan berdalih analisa logika. Sok kuat, merasa punya otoritas atas masalah yang datang tanpa mau berserah pada kehendak Sang Pemberi Kehidupan. Besar kepala, menilai segala sesuatu dari ukuran intelektual sehingga lupa bahwa sebagai makhluk yang diciptakan serupa dengan gambar Allah, manusia diberikan tugas untuk berelasi dengan sesama dalam tataran kasih dan pelayanan.

“Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” (Yer 1:5) Maka tahukah Engkau, Tuhan, apakah aku akan melangkah menjauhiMu atau akankah aku setia pada panggilanku seumur hidupku?

No comments:

Post a Comment