Wednesday, June 6, 2018

Pesta Semu Kelulusan

Berlalu sudah keriaan pesta graduasi yang terbalut kemegahan sekelas 'award night' ala stasiun TV nasional; yang tinggal adalah penggalan-penggalan kenangan masa-masa indah sekolah yang akan diputar ulang 5 atau 15 atau 25 tahun dari sekarang.
Masih segar dalam ingatan pertanyaan Semata Wayangku semalam sebelum pesta graduasi: "Mom, are you proud that I'm graduating?" Dan jawabanku masih terasa menggantung di tepian bibir: "Biasa aja.. Lulus SMP itu harus, Dear. Ngga ada pilihan sebaliknya."
Penggalan percakapan Rabu malam itu, terjalin dan tersimpul bersama dengan pemandangan meriah para orangtua yang sibuk merayakan keberhasilan Sang Putra dan Putri kebanggaan, menari-nari menggelitik dalam ruang-ruang pikiranku. Semakin dalam aku masuk dalam ruang-ruang itu, semakin kuat suara itu berteriak: patutkah kalian merayakan kelulusan SMP atau SMA dengan kemegahan setara itu? Apa arti dari kebanggaan yang dipamerkan di laman-laman akun media sosial kalian?
Anak-anakku sayang, mari duduk dan merenung sejenak. Kalian diantar oleh papa dan mama kalian ke sekolah unggulan dan bukankah SUDAH SEPANTASNYA kalian menyelesaikan jenjang pendidikan ini hingga tuntas? Pantaskah kelulusan dilihat sebagai SUATU HAL YANG ISTIMEWA? Bukankah kelulusan kalian adalah KEHARUSAN dan BUKAN PENCAPAIAN untuk dirayakan. Kelulusan seyogyanya menjadi saat yang tepat untuk berhenti sejenak dan melihat ke belakang sebelum kalian melangkah mendekati mimpi (yang mudah-mudahan merupakan) pilihan kalian. Kelulusan ini hendaknya menjadi momentum untuk MENSYUKURI KARUNIA DAN RAHMAT ALLAH yang dititipkan melalui tangan dan hati orangtua kalian. 
Anak-anakku sayang, selama tiga tahun di jenjang SMP dan tiga tahun di jenjang SMA, kalian bekerja keras: mengerjakan tugas yang bertumpuk, belajar dan menghafal untuk ulangan, terjaga sampai larut menyelesaikan proyek dari sekolah, bangun pagi-pagi buta mengejar jam sekolah yang terasa terlalu pagi, terkantuk-kantuk mendengarkan guru bicara sambil menunggu jam istirahat atau jam pulang, berdesak-desakan di kantin sekolah setiap jam makan siang, menebalkan telinga saat mendengar omelan guru karena kalian tertangkap melakukan pelanggaran, menebalkan telinga saat papa dan mama melantunkan lagu merdu karena nilai-nilai di raport berbunga merah. Belum lagi perjuangan hati saat melihat putri atau pangeran pujaan hati lewat di depan kelas bergandengan tangan dengan orang lain. Dan akhirnya semua perjuangan kalian membuahkan hasil: kelulusan. 
Lega bahwa satu jenjang sudah terselesikan, tentu! Senang karena kalian telah berhasil melewati masa-masa penuh tantangan, pasti! Bahagia karena hasil kerja sekian tahun sudah terangkum meriah dalam pesta kelulusan, boleh! 
Namun, anak-anakku sayang, mari melihat lebih dalam. Apakah itu semua adalah perjuangan semata? Ataukah semua yang kalian alami itu justru merupakan karunia dan kesempatan berharga? Sudahkah kalian bersyukur atas kesempatan yang kalian dapatkan? Untuk setiap kali kalian sulit dibangunkan di pagi hari, terpikirkah bahwa ada anak-anak di luar sana yang setiap pagi harus bangun sebelum matahari terbit karena mereka harus bergegas bekerja mengais rejeki? Untuk setiap keluhan akan PR dan ulangan yang sulit, terpikirkah bahwa anak-anak lain harus bergelut dengan sulitnya kehidupan? Untuk setiap kekecewaan akan nilai yang kurang baik, terpikirkah akan anak-anak yang seumur hidupnya tidak pernah melihat kertas ulangan? Untuk setiap kesia-siaan waktu yang dihabiskan bersenda gurau dengan telepon pintar kalian di waktu belajar, terpikirkah akan anak-anak yang tidak punya cukup waktu untuk melangkahkan kakinya ke sekolah? Untuk setiap omelan karena sopir terlambat menjemput, terpikirkah akan anak-anak yang harus menempuh jarak sehari semalam untuk sekedar mengikuti ujian akhir?
Anak-anakku sayang, berhentilah sejenak dan renungkanlah betapa kalian beruntung sudah diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Peluklah orangtua kalian dan tataplah mata mereka serta berjanjilah dengan sepenuh hati bahwa kalian akan membuat mereka bangga bukan dengan keberhasilan karena lulus sekolah melainkan karena kalian mampu TUMBUH MENJADI PRIBADI YANG TANGGUH DAN PENUH KASIH PADA SESAMA.